dengan gaya khas John Kei yaitu sadis dan bengis.
Lahir dengan nama John Refra di Tutrean, Pulau Kei, Maluku Utara 51 tahun lalu itu sejak remaja sangat dekat dengan kehidupan jalanan yang keras dan sadis. Di usia 15 tahun John sudah terbiasa hidup di kolong jembatan saat merantau di Surabaya pada 1986.
Dia berjuang sendirian untuk hidup hingga setahun kemudian merantau ke Jakarta dan memperkenalkan diri sebagai John Kei. Lagi-lagi pilihan hidupnya adalah lingkungan kekerasan yaitu Berlan dan kesadisan serta kebengisannya dimulai dan mengantarnya menjadi Godfather dunia kejahatan Jakarta;
Masuk penjara pertama kali karena pembunuhan sadis
Dilakukannya di tempat dia bekerja pada 12 Mei 1992. Saat itu lima hingga enam orang ribut di tempat kerjanya dan John berusaha melerai.
Ketika sedang melerai dia sempat terkena pukul dari kelompok yang berkelahi. Pukulan itu membuatnya ikut terlibat dalam perkelahian itu sampai polisi datang menyelesaikan masalah.
Tetapi John menganggapnya belum selesai, maka dia pulang ke tempat tinggal mengambil golok. John mengaku tidak berniat membunuh pemukulnya. “Niat saya mau kasih putus saja tangannya,” begitu John beralasan.
Ternyata saat dia mengayunkan parangnya justru mengenai leher musuhnya dan lawan itu langsung mati di tempat. Sementara kawan-kawan perusuh dia kejar dan dipotong kakinya.
John buron satu minggu, hingga 24 Mei 1992 dia menyerahkan diri ke Polda Metro Jaya, itu lah pertama kali masuk penjara.
Membunuh Anak Buah Basri Sangaji
Bentrokan antara kelompok Basri Sangaji dan John Kei di Diskotek Stadium di kawasan Taman Sari, Jakarta Barat terjadi 2 Maret 2004. Saat itu kelompok Basri menjaga diskotek dan diserang puluhan orang Kei. Dua penjaga keamanan dari kelompok Basri tewas.
Membunuh Basri Sangaji
Basri Sangaji tewas diserang sepuluh preman dari kelompok John Kei di kamar 301 Hotel Kebayoran Inn, Jakarta Selatan 12 Oktober 2004.
Tebas-tebasan parang di Jalan Ampera
Ratusan orang bersenjata parang, panah, pedang, dan celurit berhadapan di Jalan Ampera, Jakarta Selatan 1 Maret 2005, di Jalan Ampera depan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan ketika sidang pembunuhan Basri Sangaji. Sejumlah korban dari kedua kelompok terluka dan sidang dihentikan.
Berkelahi di Pengadilan
Keributan antara kelompok Basri Sangaji dan John Kei saat sidang kasus pemukulan di Diskotek Stadium, Jakarta Barat 8 Juni 2005. Kakak kandung John Kei, Walterus Refra Kei alias Semmy Kei, terbunuh di lahan parkir Pengadilan Negeri Jakarta Barat. Tindakan ini merupakan balas dendam atas pembunuhan Basri Sangaji dan bentrokan di Diskotek Stadium.
Putuskan jari lawan
John Kei, pemuda Ambon, ditangkap Densus Antiteror 88 Kepolisian Daerah Maluku di Desa Ohoijang, Kota Tual, 11 Agustus 2008. Dia diduga kuat terlibat penganiayaan terhadap dua warga Tual, Charles Refra dan Remi Refra, yang menyebabkan jari kedua pemuda itu putus.
Bentrok di Blowfish tewaskan dua orang
Bentrokan di klub Blowfish, Wisma Mulia, Jakarta, 4 April 2010 menewaskan dua orang dari kelompok Kei, M. Sholeh dan Yoppie Ingrat Tubun. Klub Blowfish saat itu dijaga kelompok Flores Ende pimpinan Thalib Makarim.
Pengeroyokan sengketa warisan
Koordinator keamanan Koperasi Bosar Jaya, Logo Vallenberg, dikeroyok kelompok Umar Kei. Penyebabnya sengketa warisan antarkeluarga pemilik koperasi, 12 April 2010.
Bentrokan di Jalan Ampera Lagi
Bentrokan itu melawan Kelompok Flores atau Thalib Makarim ketika sidang kasus Blowfish sedang berlangsung di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan 29 September 2010. Di Kelompok Kei jatuh korban tewas yaitu Frederik Philo Let Let berusia 29 tahun, Agustinus Tomas 49 tahun, dan seorang sopir Kopaja, Syaifudin, berusia 48 tahun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar