Selasa, 26 Desember 2023

Kenapa Akhir-akhir Ini Cuaca Panas? Padahal Sudah Masuk Desember!

 

Sumber Gambar

Tren cuaca yang tidak biasa terjadi di bulan Desember tahun ini, di mana seharusnya merupakan musim hujan namun terasa sangat panas. Fenomena ini membingungkan banyak orang, terutama di wilayah Jabodetabek.

Awal Desember dimulai dengan turunnya hujan yang membuat masyarakat bersiap menghadapi musim hujan. Namun, kejadian ini tidak berlangsung lama. Menuju pertengahan Desember, suhu panas dan cuaca terik melanda hampir seluruh wilayah Pulau Jawa.

Menurut peneliti ahli klimatologi, anomali cuaca ini bisa disebabkan oleh pola tekanan rendah di sekitar Laut China Selatan. Pola ini secara tidak langsung mempengaruhi pola pertemuan dan belokan angin, sehingga meningkatkan pertumbuhan awan hujan di sekitar Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi.


Sumber Gambar

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat bahwa pola tekanan rendah di Laut China Selatan diperkirakan akan berlangsung selama tiga hingga empat hari ke depan. Meskipun demikian, diperkirakan bahwa pola ini akan melemah, yang berpotensi meningkatkan curah hujan di wilayah Jawa dan Nusa Tenggara mulai tanggal 23 Desember 2023.

Meskipun cuaca masih panas di tengah musim hujan, BMKG tetap mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem selama libur Natal dan Tahun Baru 2023/2024. Selain itu, BMKG juga memperingatkan tentang potensi kekeringan meteorologis yang mungkin terjadi.


Peneliti klimatologi dan iklim dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Erma Yulihastin, memberikan tanggapannya terkait cuaca panas yang terjadi di bulan Desember ini. Menurutnya, kondisi ini disebabkan oleh fenomena El Nino yang memuncak pada saat ini. Meskipun Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) juga telah mengungkapkan kondisi panas dan cuaca terik, terutama di sekitar selatan ekuator, BRIN memberikan perspektif yang sedikit berbeda.


Sumber Gambar

BRIN mencatat adanya periode kekeringan tanpa hujan atau yang dikenal sebagai dry spells dalam beberapa hari terakhir. Hal ini membuat sebagian masyarakat, seperti di Bandung, Jawa Barat, dan DKI Jakarta, merasa gerah dan tidak nyaman.

Menurut Erma Yulihastin, perbedaan penilaian antara BRIN dan BMKG bisa terjadi karena metode analisis yang digunakan oleh keduanya berbeda. Meskipun mereka mengamati indikator atmosfer yang sama, tetapi dengan metode yang berbeda, hasilnya pun menjadi berbeda pula.

Meski begitu, BRIN tetap mengakui adanya potensi cuaca ekstrem di beberapa wilayah, terutama di Tangerang dan sekitarnya, mulai dari tanggal 27 Desember 2022 hingga 2 Januari 2023. Oleh karena itu, informasi mengenai cuaca ekstrem tersebut harus diseminasi dengan baik agar masyarakat bisa siap menghadapinya.


Anggota Komisi V DPR RI, Suryadi Jaya Purnama, juga mengomentari perbedaan informasi antara BRIN dan BMKG. Ia menyarankan agar pemerintah memberlakukan sistem pemberitahuan cuaca yang terkoordinasi, agar masyarakat mendapatkan informasi yang akurat dan terukur mengenai cuaca ekstrem. Hal ini sejalan dengan UU No. 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi Klimatologi dan Geofisika yang menetapkan BMKG sebagai lembaga yang bertanggung jawab dalam penyampaian informasi cuaca.


Sumber Gambar

Kondisi cuaca yang tidak normal ini mengingatkan kita bahwa perubahan iklim dapat menyebabkan anomali cuaca seperti yang terjadi saat ini. Oleh karena itu, kita perlu meningkatkan kesadaran tentang perlindungan lingkungan dan upaya mitigasi perubahan iklim.

Dalam situasi seperti ini, penting bagi kita untuk tetap waspada terhadap perubahan cuaca yang cepat dan tidak biasa. Selain itu, kita juga perlu mengikuti perkembangan informasi dari BMKG untuk mendapatkan informasi cuaca terkini dan tindakan yang harus diambil untuk menghadapinya.

Dalam menghadapi cuaca yang tidak normal ini, kita perlu saling mendukung dan beradaptasi. Semoga kita dapat menjaga diri dan tetap aman dalam menghadapi anomali cuaca ini.


Sumber: Link Referensi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar