Kamis, 16 Juli 2020

Kilang Minyak Pertama Di Indonesia, Ternyata Ada Di Jawa Timur, Dibangun Pada 1889

Kilang Minyak Pertama Di Indonesia, Ternyata Ada Di Jawa Timur, Dibangun Pada 1889

Hayooo Dimana Hayooooo 
Coba tebak dimana tempatnya, cluenya di jawa timur yang kepala daerahnya kontroversial banget nih. Dah lah dah pasti tau kalian dimana kalau cluenya gitu. Kilang minyak pertama di Indonesia ini terletak di daerah Wonokromo, Surabaya. Ga nyangka ya, padahal TS kira tu bakal diluar pulau jawa gitu, soalnya biasanya wilayah Indonesia yang kaya sumber energi Minyak dan Bahan tambang ini wilayah di luar jawa. Di jawa ada si sebenarnya cuman kalau udah jadi pemukiman atau tempat khalayak ramai, itu susah banget buat ditambang. Kenapa kok susah diambil? karena biasanya ijinnya belibet dan harus face to face sama ormas ntar, ckuakz.

Kilang minyak itu istilahnya kayak pabrik minyak. Jadi definisinya itu adalah sebuah pabrik yang mengolah minyak mentah menjadi minyak yang siap pakai, misalnya produknya adalah BBM gitu Bensin yang oktannya beda beda jadi permium pertalite dsb. Buat sobat misqueen suka nih yang bilangan oktannya ga terlalu tinggi soalnya murah , tapi sebenernya ga bagus lho buat mesin ini , katanya bisa ngga tahan lama. 

Kilang Minyak Pertama Di Indonesia, Ternyata Ada Di Jawa Timur, Dibangun Pada 1889

Sejarahnya Gimana Si Kok Bisa Disana? 
Jadi awalnya dulu kita tu kan dijajah belanda to. Naahh ada orang nih namanya Andrian Stoop. Jadi pada tahun 1888 dia itu udah nemuin kalau ada kandungan minyak disekitar wonokromo itu, nah lalu setelah itu dengan ilmu yang dia miliki dia mulai bangun kilang minyak kecil kecilan gitu, tapi cuman bertahan satu tahun terus berhenti.Tapi Andrian Stopp ini dah bisa menghasilkan 8000 peti per tahun, gatau deh itungannya gimana. Nah akhirnya pada tahun 1889 menuju 1890 mulai tuh diputuskan buat membangun kilang minyak yang lebih besar jadi kaya skala pabrik gitu. Nah mulai saat itulah produk BBMnya ini diperjual belikan. 

Pada tahun 1911 akhirnya kilang minyak ini dibeli oleh BPM dan dioperasikan bersama kilang cepu. Nah kurang tahu ni ceritanya bisa sampe ke tangan pertamina gimana gatau. Kurang tahu juga sejarah perkembangan pertamina ini sampai mana sehingga cukup besar seperti sekarang. Mungkin bisa jadi ide buat kreator lain nih tentang rahasia pertamina bisa sampai besar. Eh menurutku bukan rahasia si soalnya kan itu BUMN , ga heran kalau eksploitasi ckuakzk. Dah lah cukup kritisisasinya nanti ilang TSnya.

Kilang Minyak Pertama Di Indonesia, Ternyata Ada Di Jawa Timur, Dibangun Pada 1889

Pasti Kepo kan Siapa Sih Andrian Stoop Ini
Jadi  orang ini lahir di Belanda 18 Oktober 1856. Dia merupakan lulusan teknik pertambangan yang berfokus pada pemboran minyak. Mungkin dulu masih digabung ya teknik pertambangan sama teknik perminyakan, kalau sekarang udah dipisah si, di UU kita juga di pisah kok aturannya karena sedikit info ya ini, karena perbedaan komoditi, perbedaan ini menyebabkan perbedaan proses dan pengambilah material sehingga pembuatan regulasinya dibedakan. Kan ada Minerba (mineral dan batubara) dan Migas(minyak dan gas) gitu kan, nhaa kenapa ngga bahan tambang gitu aja selesai karena itu tadi ya udah dijelasin. Sebenarnya intinya itu semua bahan tambang ya karena diambil dari dalam perut bumi. 

Kembali ke topik ya, diceritain konsep dia tentang ilmu pemboran ini ditolak di amerika. Nah lalu gatau gimana ceritanya bisa sampei ke Indonesia. Bahkan ya dia ini pernah ditolakk buat belajar lagi khusus tentang pemboran minyak ini. Ketika Di Indonesia idenya ditolak juga untuk buat sebuah kilang minyak, akhirnya dia bikin sendiri kecil kecilan dengan teman teman dan keluarganya. Nahh ini ga asing kan ya tentang cerita orang orang sukses. Kuncinya bukan ditolak sana sini, bukan itu dong, masa kunci sukses itu harus ditolak dulu. Kunci sukses ini cuma konsisten. Lanjut ya, akhirnya dalam setaun orang ini bisa menghasilkan 8000 peti , gatau ya itungan peti ni gimana. Akhirnya baru deh itu dibeli oleh pemerintah, lagi lagi ya udah idenya ditolak pas udah gede di beli ckuakz. Sifatnya turun temurun sampai sekarang. 

Kilang Minyak Pertama Di Indonesia, Ternyata Ada Di Jawa Timur, Dibangun Pada 1889

Pesan Moral Nih Dari Andrian Stoop
Dari kisahnya bisa dilihat ya dia ditolak buat belajar dan idenya pun ditolak. Bayangin dia belajar ilmu teknik perminyakan sendiri lho ga di institusi ternama gitu, tapi akhirnya dia bisa. Kuncinya si cuma konsistenya. Akhirnya dia jadi pelopor kilang minyak di Indonesia


Quote:

Pemilu tahun 1955 : wujud persaingan sempurna ideologi kiri dengan islam



Pemilihan umum atau sering disingkat sebagai Pemilu merupakan hal yang sudah lazim bagi rakyat Indonesia. pemilu merupakan sarana untuk menyalurkan suara untuk menuntut perubahan dengan menempatkan wakil-wakil pilihannya di lembaga eksekutif maupun legislative. Sepanjang sejarah berdirinya Republik Indonesia, pemilu sudah diadakan sebanyak 12 kali yang terbaru pada tahun 2019. Masayarakat di Indonesia selalu antusias terhadap gelaran pemilu yang tergambar pada tingginya angka partisipasi masyarakat terhadap setiap pemilu. Salah satu aspek yang sering disorot dalam setiap gelaran pemilu yaitu kehadiran partai sebagai kendaraan politik. Sepanjang sejarah keberadaan republik Indonesia hadir banyak partai yang tumbuh, berkembang, maupun mati dalam perjalanannya. Partai di Indonesia memiliki ideologinya masing-masing yang berusaha menjaring suara di konstituennya masing-masing. Indonesia memiliki masyarakat yang multikultur yang memungkinkan tumbuhnya partai-partai yang menyesuaikan kebutuhan masyarakat. Secara umum partai-partai di Indonesia dapat di kelompokan dalam beberapa kluster anatara lain partai nasionalis, partai berhaluan agama, partai sekuler, dan partai campuran.



Dalam setiap gelaran pemilu pasti terjadi persaingan antar partai yang berusaha menjaring suara dari konstituennya supaya dapat memenangkan pemilu dan memiliki suara dominan di parlemen. Hal ini juga terjadi pada gelaran pemilu tahun 1955. Pemilu ini ditujukan untuk memilih anggota legislatif yang nantinya akan menempati parlemen dan konstituante yang diadakan pada tanggal 29 september dan 15 desember tahun 1955. Pada masa itu terdapat partai besar sesuai dengan cluster ideologinya antara lain PNI yang mengusung nasionalisme, Masyumi dan Nahdatul Ulama dengan ideologi Islam, serta partai berhaluan kiri seperti PKI dan PSI (Partai Sosialisme Indonesia). selain ideologi tersebut ada juga ideologi lainnya seperti kristen (Parkindo), katolik (partai katolik), partaiu kesukuan (Partai Dayak), dan partai yang berasal dari lembaga negara (persatuan pegawai polisi RI). Masing-masing berusaha menjaring suara dari masing-masing segmentasinya sesuai dengan ideologinya. Pada masa-masa menjelang pemilu tahun 1955 terjadi perang idelogi untuk memperebutkan suara melalui beragam saluran seperti media cetak yang lazim pada saat itu, lewat poster-poster yang sering disembarkan di khalayak umum, bahkan sampai gesekan fisik antar juru kampanye yang disertai massa pendukungnya. Layaknya pemilu pada masa itu, Panitia Pemilu Indonesia (PPI) yang bertindak sebagai lembaga pemilihan umum memberikan waktu bagi partai-partai tersebut untuk melakukan kampanye menjelang pemilu, pelaksanaan kampanye pada masa itu belum diatur dengan jelas sehingga kampanye bahkan sudah terasa pada setahun sebelumnya. Kampanye dimulai melalui surat kabar yang ditujukan untuk menjangkau pembaca menegenai gagasan dan program kerja masing-masing partai. Pada masa itu masing-masing partai memiliki surat kabarnya masing-masing yang pada tulisannya memuat tulisan tentang partai yang didukungnya dengan mencantumkan hal-hal baik serta program-program luar biasa yang digunakan untuk memikat pembacanya supaya memilih partai tersebut. Hal ini berubah menjadi serangan-serangan yang dialamatkan kepada lawan politik dengan black campaign dengan tujuan menjatuhkan pihak lawan. Persaingan paling kentara terwujud dalam persaingan antara masyumi dengan PKI. Hal ini terjadi akibat pertentangan ideologi antara kedua partai tersebut.

Spoiler for kampanye masyumi 


Kampanye hitam menjadi hal yang lumrah terutama persaingan antara PKI dan Masyumi yang saling mencari celah untuk menyerang satu sama lain. Untuk menyerang PKI secara telak, masyumi menggunakan isu agama yang menuduh bahwa PKI merupakan perkumpulan orang-orang sesat yang tidak beragama atau atheis. Tuduhan masyumi ini diperkuat dengan alasan bahwa PKI berusaha mengganti sila pertama dengan prinsip kebebasan beragama yang mengakui kebebasan untuk tidak beragama sekalipun. Hal ini dianggap masyumi sebagai propaganda anti agama yang tidak sesuai dengan jati diri bangsa Indonesia yang beragama dan religius. Menurut salah satu tokoh masyumi, Jusuf Wibisono yang dimuat dalam surat kabar Abadi mengungkapkan msutahil untuk menyatukan golongan agama dengan kalangan komunis karena komunis tidak beragama. Dengan adanya isu ini merupakan pukulan telak bagi PKI yang menempatkan mereka sebagai lawan kaum beragama dan isu ini berhasil terutama di daerah-daerah basis islam di jawa barat. Untuk mengatasi tudingan dan serangan tersebut, PKI berusaha untuk merangkul kaum beragama melalui Aidit PKi memberikan pernyataan bahwa PKI berusaha memperjuangkan kebebasan beragama di indonesia yang mengibaratkan Indonesia sebagai taman dimana semua agama dan keyakinan politik hidup secara harmonis serta bersama-sama menghancurkan imperialisme. Hal ini dipertegas oleh Aidit dalam pidatonya didepan kadernya di Malang “Nabi Muhammad Saw. bukanlah milik Masyumi sendiri, iman Islamnya jauh lebih baik daripada Masyumi. Memilih Masyumi sama dengan mendoakan agar seluruh dunia masuk neraka. Masuk Masyumi itu haram dan masuk PKI itu halal!” ujarnya. Sontak ujarannya tersebut menyulut reaksi keras dari kader masyumi yang berada di lokasi tersebut dan menciptakan terjadinya gesekan. Aidit langsung mengkoreksi perkataannya dengan mengatakan “Apabila diantara saudara ada yang tersinggung oleh ucapan-ucapan saya, maka saya meminta maaf. Saya hanya ingin mengatakan bahwa PKI tidak anti agama.” Butuh usaha yang keras untuk melepaskan PKI dari citra musuh agama dan mereka berusaha menyerang Masyumi dengan isu pro Amerika.


Spoiler for poster yang memuat serangan PKI


Hubungan antara masyumi dengan amerika memang tak dipungkiri terjadi. Melalui CIA, amerika melakukan pendekatan terhadap masyumi yang dipandang oleh amerika dapat menjadi pengimbang kekuatan PKI di Indonesia supaya tidak terjerumus menjadi negara diktator komunis. Sebagai tindak lanjut atas hubungan itu, CIA mengirimkan dana sebesar $1 juta yang digunakan untuk melakukan kampanye pada pemilu tahun 1955. Isu tersebut digunakan oleh PKI untuk menyerang balik masyumi dan menuding masyumi sebagai antek barat yang pro terhadap neo-imperialisme. Serangan tersebut menjadi mimpi buruk bagi masyumi yang cukup menyusahkan mereka. Untuk mengatasi isu tersebut dalam setiap kampanyenya, masyumi selalu menampilkan bahwa masyumi juga anti barat dan anti terhadap neo-kolonialisme. Pada pertemuan masyumi di di jember pada 21 Juli 1954, tokoh masyumi dari Sukabumi Muchtar Chazaly bertanya pada hadirin “Siapa disini yang memiliki gambar Eisenhower?” hadirin dengan jumlah sekitar 10.000 orang dengan lantang meneriakkan ‘tidak!’. Hal ini digunakan oleh masyumi untuk menampik tuduhan PKI bahwa Masyumi didukung oleh Amerika. Muhtar secara tegas justru menyatakan bahwa tokoh-tokoh PKI yang sering memajang foto pemimpin komunis macam malenkov, mao tse tung dan lain-lain. Isu-isu ini sudah terlanjur menyebar dimasyarakat dan diyakini oleh sebagian masyarakat, terlebih timbul peristiwa PRRI Permesta pada tahun 1957yang menuduh masyumi juga terlibat dan PKI yang dianggap sebagai mata-mata soviet di Indonesia.

Spoiler for sindiran masyumi terhadap lawan politiknya


Perang propaganda terjadi juga di masing-masing sayap gerakan PKI dan masyumi. Masyumi melalui majalah Hikmah memuat keputusan sidang majelis syuro Partai Masyumi yang menyatakan penganut komunisme sesat. “Seseorang Muslim jang mengikuti komunisme atau organisasi komunis....maka ia adalah sesat,” tulis Hikmah mengutip keputusan sidang majelis syuro Masyumi, 23-24 Desember 1954. Selanjutnya giliran PKI melalui Harian Rakyat edisi minggu pertama maret 1954 yang menyatakan masyumi sebagai partai teror karena mendukung DI kartosuwiryo yang mengganggu ksetabilan Indonesia serta menyerang harian Abadi yang menjadi sayap Masyumi sebagai surat kabar yang mnemutarbalikan fakta. Tuduhan PKI tersebut menyulut kemarahan salah satu kader Masyumi bernama Isa Anshary yang mendirikan Front anti-komunisme untuk menghadapi propaganda PKI yang semakin masif. Kehadiran front ini didukung dengan pemberian fatwa murtad bagi anggota masyumi yang tidak melawan PKI secara frontal yang dikeluarkan oleh ulama Persatuan Islam (Persis). Pendirian front anti komunis oleh isa tidak diakui ebagai gerakan resmi oleh pemimpin pusat masyumi seperti Moh. Natsir, Rusjad Nurdin dan Umar Suriatmadja yang menghindari kontak fisik dengan PKI. Sementara di satu sisi, PKI berusaha merebut hati sebagian masa masyumi yang menyebut tidak semua kader masyumi agen amerika dan musuh PKI.


Spoiler for kampanye oleh PKI



Menjelang berakhirnya masa kampanye pemilu tahun 1955, kampanye makin dimasifkan oleh para juru kampanye masing-masing partai tak terkecuali PKI dan Masyumi. Hari menjelang pemilu diwarnai dengan kampanye akbar di lapangan-lapangan serta banyaknya juru-juru kampanye yang masuk ke kampung-kampung untuk meraih hati pemilihnya. PKi menggunakan pementasan keroncong untuk memikat masa dalam jumlah besar dalam setiap kampanyenya. Sedangkan masyumi menggunkan musik melayu di kampanyenya. Pada masa ahir menjelang pemilu yang pada saat ini lazim disebut hari tenang, juru kampanye beramai-ramai melakukan pawai kendaraan dengan menggunakan mobil, delman, serta becak yang dilengkapi alat-alat pengeras suara masuk dan berkeliling kampung. Pada masa ini seringkali pimpinan parpol turun ke jalan, bertemu masyarakat, menghampiri tukang becak dan bersalaman untuk menampilkan rasa dekat dan citra pembela orang kecil. Hal ini dilakukan oleh muhammad Natsir yang merupakan pimpinan partai masyumi dan tak kalah dilakukan oleh Aidit juga. Seringkali terjadi aksi-aksi untuk menggembosi kampanye lawan seperti contoh yang terjadi di tanjung priok ketika masa Masyumi akan melakukan orasi, pengeras suaranya di sabotase oleh buruh-buruh pelabuhan yang condong ke PKI. Tak jarang kedua masa saling ejek seperti contoh ketika masa PKI dan masyumi bergantian menggunakan lapangan banteng untuk berorasi, simpatisan PKI mengatakan “Jangan pilih Masyumi, nanti Lapangan Banteng diubah menjadi Lapangan Unta." Yang dibalas juga oleh Simpatisan masyumi dengan “Jangan pilih PKI, nanti Lapangan Banteng diubah jadi Lapangan Merah (nama Lapangan Kremlin di Moskow)."

Spoiler for suasana pemilu tahun 1955


Serunya suasana Pemilu saat itu membuat pers asing pun memberitakannya. Mereka meramalkan Masyumi akan mendapatkan kemenangan meyakinkan, kemudian disusul PNI, PKI, dan PSI. Pemungutan Suara dilaksanakan pada 29 september 1955 untuk memilih anggota DPR dan 15 Desember untuk memilih konstituante. Pemungutan suara dilaksanakan dengan kondusif yang dijaga oleh aparat keamanan yang uniknya pada sat itu juga melaksanakan pemilihan. PNI yang menjadi partai nasionalis pimpinan sukarno menjadi pemenang pemilu dengan memenangkan 57 kursi di DPR dengan 8.434.653 suara. Disusul dengan Masyumi dan NU di peringkat dua dan tiga. Secara mengejutkan PKI menempati posisi ke empat dengan 39 kursi yang meraup 6.179.914 suara. Dengan berahirnya pemilu tidak menghentikan persaingan antara masyumi dan PKI yang semakin panas di parelemen yang berujung pada pembubaran Masyumi bersama PSI melalui Kepres 200/1960, 17 Agustus 1960. Keterlibatan PSI dan Masyumi dalam PRRI/Permesta menjadi alasan bagi pemerintah Sukarno untuk membubarkan dua partai itu. Sementara PKI menemui ajalnya pada tahun 1965 ketika meletus peristiwa G30S. terlepas dari apapun ideology partai, persaingan akan selalu Nampak di perpolitikan Indonesia dan masyumi PKI menjadi tumbal politik Indonesia.

HAGIA SOPHIA, Saksi Sejarah Dua Keyakinan di Dunia.

Hagia Sophia merupakan gereja pertama yang diresmikan pada 15 Februari 360 M pada masa pemerintahan atau kepemimpinan kaisar Konstantius II oleh uskup Eudoxius dari Antioka. Gereja dibangun di sebelah tempat istana kekaisaran Byzantium. Hagia Sophia hanya bertahan 44 tahun karena hangus terbakar. Kemudian pada tahun 415 M, Hagia Sophia kembali dibangun dengan tetap mempertahankan struktur bentuk Balislika. Pada tahun 532, gereja Hagia Sophia kembali hancur saat terjadi peristiwa revolusi dan kerusuhan massal. Butuh beberapa tahun untuk kembali membangun Hagia Sophia. Pembangunan tersebut tidak lepas dari jasa arsitektur bernama Isidoros dan Anthemios. Berlanjut Pada 7 Mei 558 M, di masa pemerintahan kaisar Justinianus, kubah sebelah timur runtuh akibat guncangan gempa. Kemudian, pada 26 Oktober 986 M pada masa pemerintahan Kaisar Basil II (958-1025 M) juga kembali terkena gempa. Akhirnya, pada abad ke-14 dilakukan renovasi besar-besaran dengan tujuan agar tidak terkena gempa.

Hagia Sophia adalah sebuah bangunan yang dapat dikatakan memiliki banyak keistimewaan. Yang pertama, kubahnya yang besar dan tinggi. Dengan ukuran tengahnya 30 meter dan fundamentalnya 54 meter. Interiornya dihiasi mozaik dan fresko, tiang-tiangnya terbuat dari pualam warna-warni dan dindingnya dihiasi ukiran. Ada mozaik yang menggambarkan Bunda Maria dan Isa Al Masih.

Pada 29 Mei 1453 M, Konstatinopel dapat ditaklukkan oleh Sultan Mehmed II dari Kesultanan Ottoman (Dinasti Utsmaniyah).  Beliau mengeluarkan perintah agar gereja Hagia Sofia diubah menjadi masjid. Masjid Hagia Sofia digunakan oleh umat Muslim untuk Sholat berjamaah, Sholat Jumat, dan kegiatan peribadatan lainnya. Serta ornament-ornamen yang berbau Kristen ditutup dengan Kaligrafi dan ornament berbau Islami. Pada masa tersebut juga ditambahkan atau dibangun beberapa fasilitas pendukung untuk beribadah, seperti mimbar, mihrab, air untuk wudhu, menara, sampai pondok Sultan. Dan peninggalan-peninggalan tersebut masih dapat kita lihat sekarang ini.


Selama kurang lebih 500 tahun lamanya Hagia Sophia berdiri sebagai masjid, sang Sultan tidak jadi menggunakannya untuk beribadah, beliau justru memberi perintah untuk membangun masjid baru yang berdekatan dengan Hagia Sophia, yakni Masjid Sultan Ahmed atau yang biasa disebut Blue Mosque.
Masa kejayaan Ottoman (Utsmaniyah) perlahan surut dan memgalami kemunduruan (kehancuran). Negara Turki berubah menjadi negara Republik di bawah kekuasaan Mustafa Kemal Ataturk, dengan julukan “Bapak Turki modern”. Ataturk memerintahkan agar Kaligrafi di dalam Hagia Sophia dihilangkan sehingga menampakkan kembali lukisan kuno dan gambar bunda Maria dan Isa Al Masih. Masjid Hagia Sophia berdiri selama kurang lebih 482 tahun sebelum akhirnya diubah menjadi museum oleh Attaturk.

HAGIA SOPHIA, Saksi Sejarah Dua Keyakinan di Dunia.
Sumber foto: https://pin.it/bljX57O

Dalam masa itu dilakukan beberapa kali renovasi, namun tidak kunjung selesai. Hagia Sophia merupakan simbol dua agama besar dunia. Di satu sisi masih menampilkan ciri khas Kristiani, dengan lukisan Yesus dan Bunda Maria. Di sisi lain menampakkan kemegahan Islam dengan kaligrafi raksasa bertuliskan Asmaul Husna dan nama agung Rasulullah SAW. Karena sejarah dan keunikannya, Hagia Sophia ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO.

Di era kepemimpinan Presiden Recep Tayyip Erdogan, tepat pada hari Jumat, 10 Juli 2020, sang Presiden menandatangani Dekrit tentang pengembalian Hagia Sophia dari museum menjadi Masjid. Masyarakat Islam Turki menyambut gembira kabar tersebut, mereka haru dalam suka cita atas pengembalian Hagia Sophia menjadi Masjid seperti sebelum diubah oleh Mustafa Kemal Attaturk.