Minggu, 30 Agustus 2020

Pasukan Pribumi yang Digunakan Belanda di Nusantara

JayengSekar , Kesatuan Polisi Pribumi Berkuda bentukan Daendels
Pasukan kavaleri Jayengsekar justru jarang disebut dan minim info padahal perannya sbg pasukan keamanan cukup vital.
Kebetulan ada media yg cukup lengkap membahasnya.
Quote:

Polisi Khusus Bentukan Daendels
Pasukan penjaga setiap jengkal tanah di wilayah Jawa. Membangkang ketika reputasinya menanjak.


DI zaman kolonial, Tegal yang terletak di pantai utara Jawa Tengah, merupakan daerah pemasok beras ke bagian timur Nusantara. Karena punya nilai strategis, pemerintah kolonial secara khusus memproteksi kawasan ini.

Pramoedya Ananta Toer dalam Jalan Raya Pos, Jalan Daendels menyebut keamanan di kota Tegal dilakukan oleh sejenis kesatuan polisi pribumi berkuda. Mereka berseragam dan berpeci biru dengan senjata kelewang dan pistol. Kesatuan tersebut dinamai: Jayeng-sekar.

“Pasukan ini berada di bawah perintah masing-masing kepala distrik (kabupaten) tetapi di ibukota karesidenan (prefektur setara provinsi, red.) di bawah pejabat kulit putih,” tulis Pram.

Prajurit Pilihan

Dalam Kamus Sansekerta Indonesia, Jayengsekar berarti nama kesatuan prajurit kraton. Pakar sejarah militer Indonesia, Nugroho Notosutanto menyebut Jeyengsekar sebagai salah satu diantara penerus tradisi keprajuritan Indonesia dalam bentuk yang sudah dicampuri unsur-unsur Barat. Pasukan khusus ini berupa detasemen kavaleri yang dibentuk oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda Herman Willem Daendels. Prajurit Jayengsekar direkrut dari kalangan anak-anak elite pribumi yang tak tertampung dalam birokrasi kolonial. Mereka juga tak dapat bekerja sebagai petani karena terbentur kelas sosial.

Pada 1 September 1808, Daendels melakukan reorganisasi pemerintahan di Pantai Timur Laut Jawa dan ujung timur Jawa. Daendels tetap mempertahankan bupati sebagai penguasa tertinggi orang pribumi dan harus mengikuti perintah prefek, penguasa orang Eropa. Maka pada setiap prefektur dibentuk pasukan pengawal pribumi yang disebut Jayengsekar yang berjumlah antara 50–100 orang, tergantung dari luasnya wilayah.

Menurut Nugroho dalam Tentara Peta pada Jaman Pendudukan Jepang di Indonesia dengan memobilisasi prajurit Jayengsekar, pemerintah Belanda mencapai dua tujuan. Pertama, mencegah terjadinya pengangguran yang mungkin akan menjadi elemen berbahaya dalam masyarakat kolonial. Kedua, mereka bisa dikerahkan untuk mengisi kekurangan tenaga militer; melakukan tugas kepolisian sewaktu-waktu terjadi gejolak.

Berasal dari anak negeri pilihan, Prajurit Jayengsekar dikenal cerdas dan tangkas. Mereka mendapat pelatihan militer, senjata (bayonet, sangkur, dan pistol), dan kuda berkualitas. Penggunaan seragam dan tanda-tanda kemiliteran secara khusus kian menan dai ciri Jayengsekar sebagai polisi profesional.

Tersebar di sembilan prefektur, Jayengsekar bertugas menjaga keamanan dan melindungi warga di wilayahnya. Mereka dipimpin oleh perwiranya sendiri –berpangkat setara bupati– yang berjumlah tiga orang untuk setiap daerah komando. Sementara para bintara dan prajurit Jayengsekar diberikan pangkat setara para mantri besar dan mantri kecil agar berbeda dengan orang kebanyakan.

“Pasukan Jayengsekar akan memperoleh sejumlah petak sawah di setiap distriknya,” tulis Djoko Marihandono dalam disertasinya di Universitas Indonesia berjudul “Sentralisme Kekuasaan Pemerintahan Herman Willem Daendels di Jawa 1808–1811. “Sawah-sawah yang digunakan sebagai ganti gaji para prajurit Jayengsekar diambil dari seluruh kabupaten yang berada di bawah prefektur sesuai dengan luas tanah dan jumlah penduduknya,”

Berdasarkan pasal 25 Ordonantie den 18 Augustus 1808, Djoko Marihandono mencatat sejumlah pasukan Jayengsekar di berbagai prefektur. Untuk wilayah Tegal dibentuk 80 pasukan Jayengsekar dengan kekuatan 80 prajurit; Pekalongan 50 prajurit; Semarang 100 prajurit; Jepara 100 prajurit; Rembang 50 prajurit; Gresik 50 prajurit; Surabaya 80 prajurit; Pasuruan 100 prajurit; Sumenep 100 prajurit. Selama tiga tahun memerintah Jawa, Daendels melaporkan kepada kaisar Prancis Napoleon Bonaparte bahwa dirinya telah merekrut sebanyak 13.838 pasukan Jayengsekar.

Dibubarkan

Jayangsekar tercatat dalam berbagai palagan penting. Ketika Inggris menyerbu Jawa pada 1811, Jayengsekar ikut memperkuat pertahanan Belanda yang saat itu dipimpin Gubernur Jenderal Janssens. Dalam Pertempuran Jatingaleh di Semarang, sebanyak 50 prajurit Jayengsekar menjadi garda terakhir.

“Mereka gagah berani, namun jumlahnya tidak mencukupi,” tulis sejarawan Prancis Jean Rocher dalam Perang Napoleon di Jawa 1811: Kekalahan Memalukan Gubernur Jenderal Janssens.

Sejarawan Universitas Indonesia Saleh As'ad Djamhari juga mengungkap keterlibatan Jayangsekar dalam Perang Diponegoro. Dalam disertasinya “Stelsel Benteng dalam Pemberontakan Diponegoro 1827–1830, Saleh mencatat sebanyak satu detasemen Jayengsekar dari Tegal didatangkan untuk menghadang pasukan Diponegoro yang hendak menyerang benteng Belanda di Bagelen. Pada operasi militer lain, barisan Jayengsekar dari Kendal masuk ke dalam Kolone Mobil 11 pimpinan Mayor Michiels. Ekspedisi yang diperintahkan Jenderal de Kock tersebut bertujuan untuk merebut dan menguasai kembali wilayah Mataram, Bagelen, dan Ledok selama tahun 1828.

Begitu pula, Jayengsekar berperan dalam memadamkan kerusuhan di Cirebon pada 1830. Dalam perkembangannya, Jayengsekar menjadi kekuatan polisional yang begitu diandalkan pemerintah kolonial. Tetapi lambat laun, kemunduran terjadi pada mereka. Akibatnya disipilin pasukan memudar. Gejala pembangkangan yang mulai terlihat membuat pemerintah bersiap membubarkan Jayengsekar.

“Pasukan Jayengsekar yang merasa dirinya berjasa, akhirnya sukar dikendalikan karena merasa kedudukannya terlalu tinggi untuk menjalankan tugas-tugas polisi, sehingga mereka sebagai aparatur kepolisian sudah tidak memenuhi syarat-syarat lagi,” tulis Suparno dalam Perkembangan Kepolisian dari Zaman Klasik–Modern.

Dalam roman sejarah berjudul Semua untuk Hindia, Iksaka Banu menggurat sisi lain di balik pembangkangan pasukan Jayengsekar. Tak ada lagi kesetiaan dan rasa terimakasih dari mereka terhadap pemerintah kolonial. Mengapa? “Mereka melihat tuan-tuan mereka bukan orang terhormat yang bisa menjadi teladan. Tuan-tuan mereka memelihara gundik, melakukan kimpoi campur, serta segala bentuk kebejatan moral lain.”

Pada 1874, sebagaimana dikutip Nugroho Notosutanto dalam Encyclopaedie van Nederlandsch-Indie, unit terakhir Jayengsekar dileburkan ke resimen kavaleri kolonial. Sementara Jean Rocher menyebut, kesatuan Jayengsekar yang tersisa menjadi cikal bakal pasukan elite Marsose dalam Perang Aceh.


Sumur :
https://historia.id/modern/articles/polisi-khusus-bentukan-daendels-vqjry

Perang Kemerdekaan Irlandia atau disebut juga Perang Britania

Perang Kemerdekaan Irlandia atau disebut juga Perang Britania

Perang gerilya yang terjadi di Irlandia dari 1919 hingga 1921 antara Tentara Republik Irlandia (IRA, tentara Republik Irlandia) dan pasukan Inggris: Angkatan Darat Inggris, bersama dengan koalisi-militer Royal Irish Constabulary (RIC) dan pasukan paramiliternya Auxiliaries dan Ulster Constabulary Khusus (USC). Itu adalah peningkatan periode revolusioner Irlandia ke dalam peperangan

Pada bulan April 1916, republiken Irlandia meluncurkan Paskah Meningkat melawan pemerintahan Inggris dan memproklamirkan Republik Irlandia. Meskipun hancur setelah seminggu pertempuran, Paskah Meningkat dan respon Inggris menyebabkan dukungan rakyat yang lebih besar untuk kemerdekaan Irlandia. Dalam pemilihan Desember 1918, partai republik Sinn Féin memenangkan kemenangan besar di Irlandia.

Pada 21 Januari 1919 mereka membentuk pemerintahan yang memisahkan diri (Dáil Éireann) dan mendeklarasikan kemerdekaan Irlandia. Hari itu, dua petugas RIC ditembak mati dalam penyergapan Soloheadbeg oleh relawan IRA yang bertindak atas inisiatif mereka sendiri.

Perang Kemerdekaan Irlandia

Konflik berkembang secara bertahap. Untuk sebagian besar tahun 1919, kegiatan IRA melibatkan penangkapan senjata dan membebaskan tahanan republik, sementara Dáil mulai membangun negara. Pada bulan September, pemerintah Inggris melarang Dáil dan Sinn Féin dan konflik meningkat.

IRA mulai menyergap patroli RIC dan Angkatan Darat Inggris, menyerang barak mereka dan memaksa barak yang terisolasi ditinggalkan. Pemerintah Inggris mendukung RIC dengan rekrutmen dari Inggris — Black dan Tans dan Auxiliaries — yang menjadi terkenal karena disiplin buruk dan serangan balas dendam terhadap warga sipil, beberapa di antaranya disahkan oleh pemerintah Inggris.

Dengan demikian konflik kadang-kadang disebut Perang Black dan Tan. Konflik itu juga melibatkan pembangkangan sipil, terutama penolakan para pekerja kereta api Irlandia untuk mengangkut pasukan Inggris atau pasokan militer.

Pada pertengahan 1920, kaum republikan memenangkan kendali atas sebagian besar dewan county, dan otoritas Inggris ambruk di sebagian besar wilayah selatan dan barat, memaksa pemerintah Inggris untuk memperkenalkan kekuatan darurat. Sekitar 300 orang terbunuh pada akhir 1920, tetapi konflik meningkat pada bulan November.

Pada hari Minggu Berdarah di Dublin, 21 November 1920, empat belas agen intelijen Inggris dibunuh di pagi hari; kemudian pada sore hari RIC menembaki kerumunan orang di pertandingan sepak bola Gaelic, menewaskan empat belas warga sipil dan melukai enam puluh lima.

Seminggu kemudian, tujuh belas Auxiliaries dibunuh oleh IRA di Kilmichael Ambush di County Cork. Pemerintah Inggris menyatakan darurat militer di banyak bagian selatan Irlandia.

Pusat kota Cork terbakar oleh pasukan Inggris pada bulan Desember 1920. Kekerasan terus meningkat selama tujuh bulan ke depan, ketika 1.000 orang tewas dan 4.500 republiken diinternir. Sebagian besar pertempuran terjadi di Munster (khususnya County Cork), Dublin dan Belfast, yang bersama-sama menyaksikan lebih dari 75 persen kematian akibat konflik.

Konflik di Ulster timur laut memiliki aspek sektarian. Sementara minoritas Katolik di sana kebanyakan mendukung kemerdekaan Irlandia, mayoritas Protestan sebagian besar adalah serikat / loyalis.

Perang Britania

Sebuah Constabulary Khusus dibentuk, sebagian besar terdiri dari Protestan, dan paramiliter loyalis aktif. Mereka menyerang umat Katolik sebagai pembalasan atas tindakan IRA, dan di Belfast terjadi konflik sektarian yang menewaskan hampir 500 orang, kebanyakan dari mereka adalah orang Katolik.

Pada Mei 1921, Irlandia dipartisi di bawah hukum Inggris oleh Pemerintah Irlandia Act, yang menciptakan Irlandia Utara. Kedua belah pihak sepakat untuk gencatan senjata pada tanggal 11 Juli 1921.

Pembicaraan pasca-gencatan senjata menyebabkan penandatanganan Perjanjian Anglo-Irlandia pada tanggal 6 Desember 1921. Ini mengakhiri pemerintahan Inggris di sebagian besar Irlandia dan, setelah sepuluh -beberapa periode transisi diawasi oleh pemerintah sementara, Negara Bebas Irlandia diciptakan sebagai Dominion yang memerintah sendiri pada 6 Desember 1922.

Irlandia Utara tetap berada di dalam Kerajaan Inggris. Setelah gencatan senjata, kekerasan di Belfast dan pertempuran di daerah-daerah perbatasan Irlandia Utara berlanjut, dan IRA meluncurkan ofensif Utara yang gagal pada Mei 1922.

Pada Juni 1922, ketidaksepakatan di antara kaum republikan mengenai Perjanjian Anglo-Irlandia menyebabkan Perang Sipil Irlandia. Negara Merdeka Irlandia memberikan 62.868 medali untuk dinas selama Perang Kemerdekaan, 15.224 di antaranya diberikan kepada pejuang IRA di Kolom Terbang.

gesper666

Sabtu, 29 Agustus 2020

Kapal - Kapal Perang Legendaris pada Perang Dunia I

Kapal - Kapal Perang Legendaris pada Perang Dunia I

Dalam setiap perang yang tercatat dalam sejarah, peran kapal laut sangat berpengaruh dalam menentukan arah jalan perang. Terutama jika peperangan ini mengharuskan pasukan yang melakukan invasi melakukan penyeberangan lintas laut, sehingga negara/ kerajaan yang menguasai jalur perairan akan memiliki keuntungan strategis militer. Selain strategi militer yang handal, penguasaan jalur perairan juga ditentukan dengan semakin majunya teknologi perkapalan suatu negara. Sudah banyak kapal - kapal terkenal yang terjun dalam peperangan, termasuk saat perang dunia I dimana teknologi perkapalan sudah mulai modern dan setiap negara mempunyai kapal - kapal andalannya. Disini ane akan membahas beberapa kapal legendaris dalam perang dunia I yang terlibat dalam pertempuran laut. 

Spoiler for HMS Dreadnought ( Inggris )


Spoiler for FS Bouvet ( Prancis )


 

Spoiler for SMS Scharnhorst ( Jerman )



Spoiler for SMS Goeben ( Jerman ) / Yavuz Sultan Selim ( Turki )



Spoiler for SMS Breslau ( Jerman ) / Midilli ( Turki )




Itu tadi kapal - kapal legenda yang bertempur dalam perang dunia I, dimana kapal - kapal ini mengalami dinamika dalam perjalanannya. Ada yang tenggelam, ada yang menjadi museum, bahkan ada yang menjadi besi tua. Tapi walaupun aksi mereka sudah tercatat dalam sejarah, dan tidak dipungkiri perlombaan teknologi kapal tempur dimulai pada perang dunia I ini. 

I
Sumber : Disini Disini Disini Disini Disini 

Kamis, 27 Agustus 2020

Mudskipper, si ikan yang bisa tenggelam.


Uniknya Mudskipper, ikan yang bisa berjalan di darat, melompat dan memanjat pohon. Meski tak memiliki empat kaki seperti ikan axolotl atau salamander tapi soal kepiawaian berjalan Mudskipper jauh lebih hebat, dan ajaibnya ia sanggup bertahan hidup di daratan selama puluhan menit.

Banyak sebutan nama untuk ikan aneh Mudskipper ini, diantaranya ikan tembakul, gelodok, belodok, blodok, gabus laut dan ikan jorok. Eksistensi Mudskipper sudah ada sekitar 22,5 juta tahun lalu dan menjadi salah satu hewan purba yang sanggup bertahan hidup sampai hari ini dari kepunahan.

Hobinya senang melompat-lompat, bermain di daratan sampai memanjat akar-akar pohon bakau. Si Belodok ini saat berada di tanah berlumpur sangat gesit berjalan dan senang melompat jauh.

Lebih dari 89 persen hidupnya dihabiskan untuk bermain kecipak kecipuk di daratan, oleh sebab itu para ahli meyakini kalau Mudskipper menjadi salah satu bukti evolusi ikan yang suatu saat beralih menjadi hewan amfibi sejati.

Kemampuan bertahan di daratan ikan Mudskipper ini karena dirinya bisa bernapas melalui kulit tubuhnya yang didukung oleh selaput lendir yang terdapat pada mulut serta kerongkongannya. Setelah 7 sampai 10 menit ia hanya perlu mencelupkan diri sebentar agar tubuhnya kembali lembab dan menyimpan cadangan air di rongga insangnya selagi ia bermain di daratan.

Tak hanya cara berjalan ikan Mudskipper yang unik tapi juga ketika ia sedang berenang. Matanya selalu berada diatas permukaan air persis seperti gaya berenang kodok. Dan lucunya kedua mata mereka juga bisa berputar 360 derajat melihat ke segala penjuru arah.

Caption by Kejadian Aneh

Selasa, 25 Agustus 2020

Blanche Monnier Sosialita yg dikurung selama 25 tahun

Blanche Monnier sebelumnya dikenal sebagai perempuan sosialita yang memiliki paras begitu cantik. Ia merupakan keturunan dari keluarga yang sangat dihormati. Sebelumnya, Monnier hidup baik-baik saja. Tapi, kehidupan bahagia Monnier berubah drastis sejak gadis cantik dari abad 18 ini jatuh cinta. Sayangnya, Monnier dianggap jatuh cinta pada orang yang salah oleh sang ibu. Tenyata Monnier menyukai seorang pengacara tua yang tinggal tak jauh dari rumahnya. Tak hanya sampai di sana, bahkan Monnier nekat ingin menikah dengan pria tersebut. Ibunya sangat menentang keinginan putrinya, ia menggunakan segala cara untuk menghalangi niat keduanya untuk menikah.

Barangkali, cinta yang begitu kuat tidak bisa dipisahkan dengan cara mengubah pikiran seseorang. Buktinya, saat Madam Monnier menasihati Blanche dengan cara hasil, gadis itu sama sekali tidak berniat untuk memenuhi permintaan ibunya agar tidak menikah dengan pria yang dia cintai.

Dianggap keras kepala, pada akhirnya Blanche tetap dikurung dalam ruangan yang sempit dan gelap itu. Ia dianggap menghilang dari Paris. Teman-temannya tidak ada yang tahu di mana keberadaan Blanche. Sang ibu dan kakak laki-lakinya hanya ‘berduka’ atas hilangnya Blanche. Namun mereka tetap menjalani kehidupan mereka seperti biasa. Blanche seolah dilupakan. Bahkan hingga bertahun-tahun, Blanche sama sekali tidak dikeluarkan dari ruangan tersebut.

Ternyata selama ini Blanche hidup dari makanan-makanan sisa yang diberikan oleh ibunya. Selama 25 tahun, perempuan tersebut tidak keluar dari ruangan. Alhasil, ia pun harus membuang kotoran dalam ruangan sempit yang berada di loteng. Tak mandi dan berkubang dalam kotorannya sendiri selama puluhan tahun. Bayangkan bagaimana jadinya perempuan yang berada di tempat kotor selama 25 tahun. Ia bahkan tak pernah terkena matahari sedikit pun.

Kasus ini baru tercium dunia luar setelah kantor kejaksaan mendapat surat kaleng, tepatnya tanggal  23 Mei 1901. Tak ada nama atau identitas si pengirim. Namun dalam surat tersebut, tertulis bahwa ada kejadian serius yang terjadi di rumah Madam Monnier. Intinya, surat tersebut memberitahukan bahwa ada seseorang yang dikurung di loteng dengan kondisi sangat menyedihkan selama puluhan tahun. Sejak mendapat surat tersebut, si petugas kejaksaan kaget dan memutuskan untuk menginvestigasi rumah Madam Monnier tak peduli bagaimana reputasinya. Sekelompok petugas jaksa langsung memeriksa rumah Madam Monnier dan menemukan ruangan yang pintunya digembok. Mereka pun membuka pintu tersebut dan langsung menemui bau busuk yang menyeruak.

Blanche Monnier ditemukan dengan bobot 55 pon, atau sekitar 24 kg. Tubuhnya setengah telanjang, terbaring di atas ranjang yang di sekitarnya dipenuhi dengan fases, sisa makanan, daging dan ikan busuk. Udara di sekitar Blanche pun begitu tengik hingga membuat para petugas kejaksaan nyaris tak bisa bernapas. Saat itu juga, Madam Monnier pun langsung ditahan tak peduli meski ia mendapat banyak penghargaan atas kontribusinya pada kota. Saudara Blanche juga bersaksi ia telah membantu ibunya, meski ia sendiri ditahan selama 15 bulan. Madam Monnier pun akhirnya meninggal setelah 15 hari ditahan. Sementara Blanche tinggal di sebuah sanotarium dan meninggal pada tahun 1913 karena masalah kesehatan.

Caption by Boombastis